Dunia usaha selalu memiliki faktor ketidakpastian. Oleh sebab itu setiap pengusaha harus cermat dalam mengamati perilaku dan selera konsumen. Apapun produk yang Anda tawarkan, tidak akan terserap oleh pasar secara optimal jika Anda tidak mengenal karakter dan jenis-jenis konsumen Anda.
Menurut pakar marketing Hermawan Kartajaya, ada tiga jenis konsumen, yaitu:
- Snob, yaitu konsumen yang memilih produk berdasarkan brand
- Smart, yaitu konsumen yang memilih produk berdasarkan pada kualitas yang bagus
- Dumb, yaitu konsumen yang memilih produk berdasarkan harga karena keterbatasan uang
Menurut Hermawan, kondisi pasar saat ini, jumlah konsumen tipe Snob menjadi berkurang, karena daya beli masyarakat menurun. Sebagian besar konsumen beralih menjadi tipe Smart dengan tetap memperhatikan kualitas produk.
Mengenali Psikologi Konsumen
Menurut Yuswohady, seorang konsultan pemasaran, pengusaha sekarang harus peka terhadap psikologi konsumen. Ada empat empat jenis konsumen dalam era krisis saat ini, yaitu:
- Panicker, yaitu jenis konsumen yang akan memilih merek apapun asal harganya paling murah dan tidak terlalu mementingkan kualitas produk. Untuk menghadapi tipe konsumen ini Anda dapat menawarkan diskon besar agar mereka tertarik
- Floater, yaitu jenis konsumen yang mudah merubah pilihan atau orientasi belanjanya. Untuk menghadapi jenis konsumen ini, Anda harus menerapkan strategi packaging. Contohnya, membuat kemasan produk dalam bentuk bulk, smaller size, atau bundling yang memberikan efek psikologis menenangkan bagi konsumen
- Bargainer, yaitu jenis konsumen yang mengutamakan inovasi pada produk. Untuk menghadapi jenis konsumen ini, Anda dapat menerapkan strategi value innovation, yang memberikan produk yang berbasis ide, inovasi dan kreativitas
- Wiser, yaitu jenis konsumen yang berorientasi pada kemudahan, kenyamanan, keamanan, dan kepastian dalam mendapatkan produk atau jasa. Untuk menghadapi jenis konsumen ini, Anda harus memberikan produk dan pelayanan yang prima
Yuswohady yang tengah merintis komunitas Pesantren UMKM tersebut, menambahkan analogi kondisi perekonomian sebagai lintasan balap. Situasi krisis harus dianggap sebagai tikungan, yaitu tempat yang paling pas untuk menyalip pesaing Anda.
Bagaimana menurut Anda ?
No comments:
Post a Comment