Seringkali sebuah kegagalan seseorang menjadi awal dari kesuksesannya. Hal inu juga dialami sang Raja Tahu Pelangi, Rudik Setiawan. Pada tahun 2004, Rudik dan beberapa temannya mengalami kegagalan dalam memproduksi tahu. Kerugian besar dialami Rudik yang memproduksi tahu bersama-sama temannya, akibat melonjakanya harga bahan baku pada saat itu.


Tak cukup sampai di situ, limbah pabrik tahu miliknya juga berguna untuk:
- Mengaliri sawah milik orang tuanya yang dapat meningkatkan produksi padi
- Dijadikan nata de soya
- Dijadikan bahan biogas
- Sisa potongan tahu diolah menjadi stick tahu dan dijual Rp. 1.500, 00 tiap 400 gr.
- Merupakan produk tahu bermerek Pelangi yang dibuat dari bahan organik dan dikemas secara menarik
- Pangsa pasarnya adalah kalangan menengah ke atas
- Memperkenalkan produk ini sangat mudah karena tahu adalah makanan yang sangat populer di kalangan masyarakat
- Dirintis oleh pemiliknya yang mulai berbisnis sejak usia 17 tahun
- Sebagian besar bahan baku kedelai organik disuplai dari daerah Malang dan Pasuruan
- Rudik memodifikasi alat penggiling menjadi lebih murah (Rp. 300 ribu) dengan umur pemakaina bisa mencapai 6 bulan
- Rudik mempekerjakan 13 orang karyawan pada bagian produksi, 5 orang sales dan 22 orang bertugas mendistribusikan ke pasar-pasar tradisional
- Saat ini mencoba kemitraan dengan Lembaga Insan Indonesia Sejahtera (LIIIS) Madani yang akan menanam kedelai organnik di daerah Madura
- Harga tahu iris 1.700 sampai 2000 rupiah per potong untuk industri makanan
- Untuk konsumsi rumah tangga biasanya diolah lagi, kemudian diiris kembali menjadi lebih kecil dengan harga 2.000 sampai 2.500 per potong
- Omzet mencapai 3 sampai 4 juta rupiah per hari.

No comments:
Post a Comment